Ingin Ku Kurimkan Padamu, Tapi... #3

 


Derita Cintaku Padamu adalah Sebuah Keistimewaan dalam Hidup

Di dalam keheningan ruangan ini, di mana hanya ada suara lembut dari lagu "Tanpaku" oleh Naif yang mengalun, aku menemukan diriku terjebak dalam gelombang kenangan yang tak terhindarkan, seperti radiasi di hari ini. Suara itu, seakan-akan, menjadi latar belakang dari kisah kita—kisah yang penuh dengan keindahan  dan berakhir derita, namun tetap menjadi sebuah keistimewaan yang membuat hidupku lebih berarti. Dalam setiap nada yang mengalir, aku merasakan betapa cinta adalah sebuah pelajaran berharga, sebuah perjalanan yang membentuk diriku menjadi lebih kuat.

Kekasihku, seperti tubuh manusia yang kompleks, memiliki berbagai organ dan sistem yang saling berinteraksi. Ada saat-saat di mana jantungku berdegup kencang, seolah-olah menari mengikuti irama cinta yang kau tawarkan. Namun, ada juga saat-saat di mana rasa sakit dan derita menyergap (ketika aku menyadari: kita sudah tak bersama) mengingatkanku bahwa cinta bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang pengorbanan dan kesedihan. Menurut Dr. Helen Fisher, seorang antropolog, cinta romantis dapat memicu reaksi kimia dalam tubuh kita yang mirip dengan efek obat-obatan, memicu rasa euforia dan, pada saat yang sama, bisa membawa kita ke dalam jurang kesedihan ketika cinta itu terancam. Jelas perpisahan denganmu, bukanlah hal remeh untukku!

Ingatkah kau saat pertama kali kau mengenalkan Rumi padaku? Saat itu, kita duduk berdua di sebuah kafe kecil di sudut Cicalengka, dikelilingi oleh aroma kopi yang harum dan suara tawa pengunjung lainnya. Sementara cahaya senja menyinari pelan wajahmu. Dengan anggun, kau membuka buku Rumi dan membacakan bait-baitnya yang penuh makna. Suaramu mengalun lembut, seolah-olah setiap kata yang kau ucapkan adalah mantra yang membawaku ke dalam dunia lain, dunia di mana cinta dan keindahan derita bersatu.

Rumi, dengan segala kebijaksanaannya, mengajarkan kita bahwa cinta adalah sebuah perjalanan yang penuh liku. Dalam puisinya, "Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segala sesuatu." (Rumi, "The Essential Rumi"). Melalui kata-kata itu, aku menyadari bahwa cinta kita adalah jembatan yang menghubungkan dua jiwa yang berbeda, yang saling melengkapi satu sama lain. Namun, jembatan itu tidak selalu berarti dalam bentuk jembatan sebiasanya, bahkan jika jembatan itu runtuh, keterhubungan itu harus tetap ada. Dan di situlah letak keistimewaannya. Setiap derita yang kita alami adalah pelajaran berharga yang mengajarkan kita untuk saling memahami, untuk saling mencintai dengan lebih dalam.

Dalam setiap bait puisi Rumi yang kau bacakan, aku menemukan keindahan dalam derita cintaku padamu. Cinta yang kualami—ada tawa yang menghangatkan, tangis yang menyejukkan, dan harapan yang menguatkan. Setiap kali kita berpisah, aku merasakan betapa setiap sel dalam tubuhku menagih kehadiranmu, dan saat kita bertemu kembali, seperti obat termujarab, semua rasa sakit itu seolah sirna, tergantikan oleh kebahagiaan yang tulus. Dan sekarang kau tiada, apakah wajar kusebut hidupku baik-baik saja? apakah wajar jika aku menjalani hidup tanpa insomnia?

Namun, aku tidak bisa mengabaikan bahwa derita ini juga mengajarkan aku tentang ketahanan. Dalam setiap kesedihan, aku belajar untuk lebih menghargai hidup ini. Seperti otot yang diperkuat melalui latihan yang berat, aku merasa cintaku semakin kuat seiring berjalannya waktu, seiring banyaknya derita. Setiap tantangan yang kuhadapi, setiap air mata yang kutumpahkan, adalah bagian dari proses pembentukan cinta yang lebih dalam dan lebih berarti.

Kekasihku, walaupun derita cintaku padamu terkadang terasa seperti serbuk kaca di dalam mata, aku ingin kau tahu bahwa itu adalah keistimewaan yang aku syukuri. Setiap rasa sakit mengajarkan aku untuk mencintai dengan lebih tulus. Dalam dunia yang sering kali terasa sepi dan penuh kesunyian, cintamu adalah melodi yang mengisi kekosongan itu, memberikan warna dan makna dalam hidupku.

Aku berharap kita bisa terus berjalan bersama, walau kehidupan kita sudah berbeda.  Menari di antara derita dan kebahagiaan, seperti dua jiwa yang saling melengkapi. Seperti kata Rumi, "Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segala sesuatu." Mari kita bangun jembatan itu bersama-sama, melewati setiap rintangan, dan menemukan keindahan dalam setiap langkah yang kita ambil. Sendiri-sendiri.


Link copied to clipboard.